Loading

Jumlah Kunjungan

Artikel Terbaru MMT

Facebook Arda Chandra

Powered by Blogger.
Perkembangan ilmu pengetahuan kadangkala membuat kita bingung, dari yang tadinya sekedar mitos yang kemudian dipatahkan oleh ilmu kedokteran sampai pada penelitian terbantah oleh penelitian selanjutnya. Hal ini adalah dinamika ilmu pengetahuan yang senantiasa berkembang secara terus menerus, namun adapula kepentingan bisnis yang mengatasnamakan inovasi sebagai daya tarik dagangannya. Yang mana bukan rahasia lagi sebagaimana banyak kita saksikan, iklan sekarang begitu mudah mengatasnamakan penelitian. Walaupun hanya sekedar (9 dari 10...) dan banyak lagi bahasa-bahasa yang langsung tidak langsung mengatasnamakan penelitian/riset. Karena memang produsen menyadari bahwa masyarakat sekarang semakin kritis namun juga sebenarnya latah alias mudah menerima sesuatu yang baru tanpa mengkoreksi lebih jauh lagi.

Lalu bagaimana kita harus berlaku? 

Dari kedua artikel yang dihimpun dibawah ini anda bisa mengambil kesimpulannya :

  • TERTAWA : Rahasia Jantung Sehat
  • Terlalu Banyak Tertawa Bikin Daya Ingat Tidak Tajam



Ketika masih jadi Presiden RI, Gus Dur pernah melemparkan ‘joke’, suatu waktu beliau menerima curhat dari seorang kiyai dari Jawa Timur :”Gus.., kalau kita pikir sebenarnya bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang beruntung karena mayoritas rakyatnya memeluk agama Islam, minimal ikut Muhammadiyah…”, lelucon ini diceritakan Gus Dur sambil tertawa geli. Dari kacamata NU ajaran Islam yang diterapkan oleh Muhammadiyah adalah ajaran yang ‘minimalis’, jauh lebih sederhana dari ritual yang dijalankan oleh para pengikut NU. Sebaliknya banyak pengikut Muhammadiyah yang memandang orang-orang NU sebagai ‘Islam tukang ngarang’, karena banyak melakukan ritual ibadah yang dianggap tidak jelas dasarnya dalam Al-Qur’an dan hadist. Anggapan-anggapan ini sudah berjalan bertahun-tahun dan banyak juga menimbulkan gesekan, terutama pada strata tingkat bawah. 

Saya sendiri ditakdirkan Allah hidup berpindah-pindah dan karenanya punya kesempatan berinteraksi dengan bermacam-macam aliran Islam yang ada. Ketika kecil sampai di SMA, saya hidup di lingkungan yang pengaruh Muhammadiyah-nya sangat kuat di Sumatera Barat, sekalipun keluarga kami bukanlah pengikut Muhammadiyah. Ketika selesai kuliah dan bekerja, saya ditempatkan di Surabaya selama hampir 7 tahun, disitu orang-orang NU sangat menonjol. Saat ini di lingkungan tempat tinggal saya di Bandung, kami punya mesjid ‘berbau’ aliran Persis – Persatuan Islam, sedangkan disaat saya harus berdiam di Jakarta, musholla di belakang rumah merupakan ‘musholla Betawi’ yang sangat berwarna NU. Ketika melakukan ibadah haji beberapa tahun lalu, saya ikut rombongan haji NU karena kebetulan anak saya sekolah di SMP yang dimiliki oleh suatu yayasan NU di Bandung. Interaksi dengan bermacam-macam aliran tersebut menghasilkan banyak pengalaman yang mengasyikkan, terutama disekitar diskusi-diskusi yang timbul yang menyangkut dasar-dasar mereka melakukan ibadah. 

Ada satu cerita ketika saya dan istri beribadah haji mengikuti rombongan NU, pak kiyai pemimpin rombongan menginformasikan bahwa nanti di Masjidil Haram sebaiknya ada yang melakukan ritual ‘keliling Ka’bah 100 kali’ disamping ritual umroh dan haji yang biasanya dilakukan. Terus-terang saja soal ini saya baru dengar, dan sebagai orang yang dibesarkan dalam lingkungan ‘Islam minimalis’ yang sangat berhati-hati terhadap ‘karang-mengarang’ ritual ibadah, saya kemudian menanyakan apakah ada dasar kegiatan tersebut seperti yang diajarkan oleh Rasulullah, pak Kiyai menjawab bahwa ‘keliling Ka’bah 100 kali’ memang bukan ajaran yang berasal dari Al-Qur’an dan hadist, namun diajarkan oleh salah seorang Ulama NU, tujuannya :”Karena selama di Makkah para calon jemaah haji banyak mempunyai waktu luang menunggu waktu Haji di Arafah, maka daripada waktu tersebut dipakai untuk hal-hal yang tidak berguna, Ulama tersebut menganjurkan agar melakukan keliling Ka’bah sebanyak mungkin”, lalu beliau menambahkan :”Insya Allah dengan melakukan hal tersebut, Allah akan mengabulkan apapun keinginan yang kita sampaikan pada saat itu..”, seperti biasa, tentu saja hal ini kemudian dilengkapi dengan contoh-contoh sukses yang pernah terjadi pada orang-orang yang melaksanakannya. Mengingat dasarnya tidak begitu bisa saya terima, maka saya memutuskan untuk tidak ikutan mencoba mengelilingi Ka’bah 100 kali. 



Jurus Dewa Mabuk adalah salah satu teknik yang dikembangkan dalam ilmu bela diri dengan memanfaatkan kelenturan tubuh untuk mengecoh konsentrasi lawan namun serangannya tetap mematikan. Bukan hal ini yang mau dikaitkan namun lebih kepada mabuk yang sebenarnya sebagai upaya untuk lari dari masalah dengan maksud melupakan masalah yang sedang terjadi. Sebagaimana kebiasaan para pemabuk yang umumnya beralasan untuk melupakan masalah yang dihadapinya namun sebanarnya sama sekali tidak menyelesaikan masalah justru menambah masalah baru. Jadi dalam hal ini penggunaan istilah jurus dewa mabuk mungkin kurang tepat apabila dikaitkan dengan praktek ilmu bela diri. Namun penulis sulit mencari gantinya karena jurus untuk menekankan sesuatu yang mewakili tekniknya, padahal yang dibuat mabuk adalah lawan atau pemerhatinya (publik/masyarakat). Namun jika anda mampu mengandalkan perspektif yang berbeda bisa menjadi sejalan/tepat.

Pengalihan Opini?
Sebagaimana kita rasakan dimana banyak sekali pemberitaan-pemberitaan media (kasus-kasus besar) yang begitu menyedot perhatian, namun pada akhirnya tidak pernah menuai kejelasan sehingga dari timbulnya kasus yang diharapkan oleh masyarakat berujung pada penyelesaian, dengan demikian masyarakat akan mendapatkan pembelajaran sekaligus melihat adanya keseriusan dan kemampuan para Elit dalam menangani suatu perkara termasuk yang membelitnya. Namun apa yang terjadi? Jauh dari keinginan publik, malah muncul kasus lain yang tak kalah heboh. Sekalipun melibatkan atau mengkambing hitamkan pihak lain. Namun bukan berarti masyarakat juga begitu bodoh bila melihat struktur kepemimpinan.




Bagaimana caranya kita harus memetakan konflik di Suriah..? Arus informasi yang berasal dari negara tersebut mungkin membuat kita kebingungan. Ada kekejaman yang dilakukan kedua pihak yang bertikai, ada ulasan 'para ahli', yang satu condong untuk membela pemerintah Bashar al-Assad, yang lain sibuk membenarkan pihak pemberontak. Namun mungkin hanya ada satu kata yang perlu kita simpulkan dari konflik tersebut : kebodohan.. Umat islam membantai sesama Muslim dan Arab membunuh Arab, dengan dasar membela kepentingan kekuasaan kelompok, persis seperti kabilah dijaman jahiliyah pra -Islam, yang saling bertikai demi kabilah mereka masing-masing. Kita tahu, dunia Islam menjuluki masa-masa tersebut dengan sebutan : jaman jahiliyah.. 

Sebagaimana konflik yang terjadi dimanapun, pemicunya tidak hanya dilihat dari satu sudut pandang saja, sekalipun mungkin satu aspek lebih dominan dibandingkan aspek lainnya. Ada kepentingan politik yang bermain, ada pelaku ekonomi yang berkiprah dibelakang layar, ada juga isu sektarian seperti beda aliran Suni dan Syiah, ada faktor rasial dan perbedaan suku. Semuanya berperan dalam memunculkan konflik dengan para pemain yang memainkan tujuannya sendiri-sendiri. 



Pengaruh TV Terhadap Otak Anda: 
  1. TV mempunyai segala sesuatu yang diperlukan untuk memprogram pikiran Anda!
  2. Alam bawah sadar Anda mengira TV adalah nyata!!
  3. Waktu antara 5-6 jam setiap hari merupakan jumlah rata-rata orang nonton TV!
  4. TV secara fisik merusak otak dan mengurangi tingkat kecerdasan Anda!
Anda mungkin akan terkejut mendapat penjelasan mengenai TV ini yang dipergunakan sebagai sebuah alat untuk mempengaruhi pikiran, akan tetapi di sini disertakan alasan:
  • Hampir setiap orang nonton TV, dan
  • Perangkat utama teknologi yang dipergunakannya dalam bentuk yang lebih maju untuk program kendali pikiran. Oleh karena itu TV merupakan contoh yang sangat baik sekali bagaimana perangkat ini mempengaruhi pikiran Anda sebagai akibat pengaruh yang ditimbulkannya kepada otak.



Belakangan ini kita sering mendengar sebutan 'takfiri' untuk menyebut suatu kelompok tertentu yang bersikap suka mengkafirkan orang Islam lain yang berbeda paham. Memang agak sulit untuk mengidentifikasikan kelompok mana yang mewakili sikap takfiri, kadang sekelompok umat Islam yang bereaksi menentang kemungkaran dikatakan bersikap suka mengkafirkan orang, sebagian lain menyatakan kelompok Islam yang berusaha untuk menegakkan khilafah dan konsisten dengan hukum Islam dikatakan takfiri. Penyematan status ini sering pula bernuansa politik, misalnya kelompok Ikhwanul Muslimin dikategorikan masuk persyaratan untuk disebut takfiri. Sebagian ada yang menamakan diri sebagai kelompok Wahabi atau Salafi sekalipun sebenarnya istilah ini juga tidak tepat karena terkesan 'mencatut' nama yang karakternya berbeda dengan sikap takfiri. Orang-orang liberal sekuler malah punya kriteria lebih luas lagi, seperti yang dikemukakan oleh Nono Anwar Makarim mengutip : Alam pikiran Muslim sekarang cenderung “mengurek ke dalam.” Selain bersifat inward-looking, Dunia Muslim sekarang ini dipenuhi oleh ketakutan, prasangka, kecurigaan, dan hasil akhirnya: minderan. Dilatar-belakangi oleh kekalahan di segala bidang dibandingkan prestasi peradaban lain, alam pikiran Muslim itu kini menjadi tertutup. Terfokus pada kebutuhan untuk “melindungi” Islam dari pengaruh buruk dunia luar. 

Sebenarnya apa yang dikemukakan oleh Nono Anwar Makarim tersebut ada benarnya, kecuali satu hal, yaitu menggeneralisirnya dengan mengatakan sikap tersebut menjangkiti 'alam pikiran Muslim', karena tidak semua umat Islam bersikap demikian. Kita bisa mencantelkan tuduhan ini kepada sebagian umat yang disebut kelompok takfiri tersebut. Kalau kita lihat ciri-ciri mereka, sikap yang muncul berkenaan dengan cara mereka dalam menghadapi peradaban barat yang saat ini mempengaruhi semua peradaban di dunia. Kaum takfiri ini umumnya orang-orang yang hanya menguasai ilmu agama, fasih dalam berinteraksi dengan Al-Qur'an dan hadits, namun lemah dalam 'ilmu-ilmu sekuler', sains dan teknologi. Ketika mereka harus berbenturan dengan peradaban barat, maka sikap yang muncul adalah minder atau rendah diri karena apa yang dihadapi memang merupakan sesuatu yang asing dan tidak dikuasai oleh mereka. Tindakan mengurung diri dan defensif menjadi jalan keluar yang masuk akal. Kelompok takfiri ini lalu mengeluarkan jargon-jargon 'ilmu pengetahuan kafir', lalu beranggapan bahwa semua urusan bisa selesai dengan menyitir ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits, sesuatu yang memang dikuasai dan dipahami mereka. Logis memang, ketika seseorang terdesak menghadapi kondisi yang tidak dikuasainya, maka otomatis dia akan melarikan diri masuk ke 'comfort zone', tempat dimana dia merasakan diri lebih nyaman dan berharga. 





Apakah anda pernah melihat berita di televisi tentang proses pengadilan kasus pembunuhan..?. Ketika hakim memutuskan si pelaku dihukum penjara 15 atau 20 tahun, lalu pihak keluarga korban melakukan protes sampai menjerit-jerit dan berguling-guling menangis dilantai pengadilan, tidak rela si pelaku hanya dipenjara karena mereka ingin pembunuh keluarga mereka tersebut dihukum mati, setimpal dengan nyawa keluarga mereka yang telah dilenyapkan dengan dzalim. Apalagi mereka tahu kalau setiap hari kemerdekaan dan Idul Fitri, si pelaku masih punya peluang untuk mendapatkan remisi karena berkelakuan baik selama di penjara, total jenderal dia hanya menjalani masa tahanan tidak lebih dari 10 tahun. Begitu terbebas dan wara-wiri kembali di pasar, tinggallah keluarga korban melongo menyaksikan, tanpa bisa berbuat apa-apa. Mungkin rasa ketidak-adilan ini akan mereka bawa mati, lalu di akhirat kelak mereka menuntut kepada Allah agar si pembunuh berikut dengan pak hakimnya dimasukkan kedalam neraka jahanam. Kalaulah tuntutan mereka tersebut dikabulkan Allah, alangkah malangnya nasib si pelaku, di dunia sudah masuk penjara, di akhirat masih masuk neraka juga. 

Atau katakanlah anda mengalami nasib sial, bersengketa dengan seseorang yang memiliki kekuatan seperti Mike Tyson, anda lalu dihajar sampai bonyok padahal bukan sebagai pihak yang bersalah. Anda mau lapor ke polisi..? si pelaku paling dihukum beberapa bulan. Anda mau membalas memukul..? Mike Tyson koq ditantang berkelahi..? 

Semua orang pasti sependapat bahwa dalam sistem hukum manapun, keputusan hakim haruslah bisa memenuhi rasa keadilan semua pihak. Dan yang 'paling sensitif' dalam merasakan keadilan ini adalah pihak korban. Sudah puluhan tahun Indonesia merdeka dan telah mempraktekkan aturan hukum produk bangsa, namun keadilan yang bisa dirasakan oleh masyarakat masih jauh dari yang diharapkan. Sampai-sampai rakyat sudah 'imun/kebal' dengan keputusan-keputusan pengadilan dan bersikap masa bodoh, lalu membathin : "Biar nanti saja di akhirat dapat hukuman setimpal..". 

Tulisan ini tidak akan menyinggung soal aturan hukum Islam secara detail, karena kasus-kasus hukum banyak corak dan karakternya. Kita semua bisa mempelajarinya pada sumber-sumber yang melimpah di internet ataupun buku-buku terkait. Dengan membatasi materi tulisan hanya menyinggung soal hukum Islam terhadap kasus-kasus yang menyebabkan kematian atau luka kepada orang lain, kita akan bisa menilai bagaimana aturan hukum Islam ditetapkan Allah tersebut tidak hanya terfokus kepada pemberian hukuman kepada pelaku perbuatan, namun juga sangat mempertimbangkan rasa keadilan dari pihak korban. 




Seorang penganut atheis pernah mengajukan 'puisi' yang bertujuan untuk menyerang Muslim dalam usahanya untuk taat kepada aturan Allah, tentu saja dengan gaya bahasa sindiran : 

APA YANG SAYA RASAKAN ?? 

Aurat Wanita? 

Sayalah Anjing Keparat! 

Sepanjang hidup saya, 
Rasanya secara diam diam, saya tidak pernah mengutuk cewek berpakaian seksi dan seronok. 
Bahkan dada saya berdebar-debar saat melihatnya. 

Lalu dalam kesendirian, saya lari ke kamar mandi. 
Dan disana, saya menghayal sedang menikmati sekujur tubuhnya. 

Tapi kenapa itu tidak saya akui dan nyatakan terang-terangan di muka publik? 
Bahkan saya pun ikut mengutuk perempuan perempuan yang demikian? 
Dengan berbagai alasan terutama dengan alasan norma moral dan agama? Karena begitulah kemunafikan saya. 

Didalam, jujur saya suka dan bernafsu melihatnya 
Tapi diluar, saya menjaga citra diri agar diri saya tampak mulia dan bermartabat. 

Dasar munafik keparat! 

Menanggapi 'puisi' tersebut, saya kemudian mengajukan pertanyaan yang sampai sekarang tidak dijawab : 

"Jadi supaya tidak dikatakan munafik, apakah nafsu syahwat atheis seperti anda ini disalurkan saja seenaknya seperti anjing keparat..? begitu melihat wanita bahenol dan kebetulan diajak dianya mau, langsung dihantam saja, supaya tidak dikategorikan munafik..". 

Soal nafsu syahwat memang selalu menarik untuk diperbincangkan. Ketika kita berselancar di facebook untuk update status, membaca unek-unek dan kata-kata nasehat dari para sahabat, tidak jarang dipojok sebelah kanan atas muncul tulisan yang menggoda : '5 Kasus Lecehkan Seksual' atau 'Ini fakta tentang germo ABG yang menjual temannya sendiri', lengkap dengan gambar yang dibikin 'nyerempet-nyerempet' pornografi, soalnya mau dikategorikan porno juga belum memenuhi syaratnya karena masih ditutupi bagian 'pentingnya'. Sekali dua kali, informasi tersebut mungkin saja tidak anda gubris, tapi bagaimana bisa tahan kalau 'undangan' tersebut muncul terus-terusan..?? maka dalam kondisi yang 'pas' ketika anda lagi 'on', tangan langsung menggerakkan mouse komputer untuk mengklik berita tersebut. 

'Undangan untuk berkunjung' ke situs-situs porno juga sering muncul melalui fasilitas pop-up yang memang sering nongol di monitor komputer kita, atau melalui kiriman e-mail spam. Ada software untuk mengatasinya, tapi sering juga tidak kita manfaatkan, lha..kadang kita memang kepingin lihat koq..