Loading

Jumlah Kunjungan

Artikel Terbaru MMT

Facebook Arda Chandra

Powered by Blogger.

Bagi anda yang hobby menonton film dengan genre action pasti tidak akan melewati film yang dibintangi oleh Liam Neeson ini. Untuk ukuran film-film action, Taken sebenarnya tidak beda jauh dengan model film Hollywood seperti halnya Rambo atau Die Hard, menampilkan jagoan sakti mandraguna, menyikat habis musuh yang jumlahnya sekampung dengan wajah dingin, lalu pulang membawa kemenangan gemilang dengan bumbu sedikit luka di badan. Sang jagoan menang, penonton puas dan keluar bioskop dengan wajah ceria, merasa tidak sia-sia mengeluarkan duit untuk membeli tiket. Kelihatannya film Taken ini sukses secara komersial, buktinya ada kelanjutannya Taken 2, ini artinya film yang sebelumnya pasti berhasil di pasaran. 

Plot ceritanya seru, penuh kebut-kebutan mobil dan baku-hantam menarik, tentang seorang pensiunan CIA yang memiliki ketrampilan hebat dalam bidang spionase layaknya James Bond. Si pensiunan ini digambarkan sangat mencintai anak perempuan remaja satu-satunya dan kebetulan si anak ini meminta ijin untuk tour ke Eropah, untuk mengikuti perjalanan konser U2. Sampai di Paris, dia mengalami nasib sial diculik oleh sekelompok penjahat terorganisir yang memiliki bisnis human trafficking alias perdagangan manusia, menculik gadis-gadis remaja yang melakukan perjalanan di Eropah lalu mencekoki mereka dengan narkoba sampai mengalami ketergantungan, dan dijual dijalanan kota Paris sebagai prostitusi. Sebagai bapak yang tidak begitu saja membiarkan anak perempuannya dalam bahaya, pensiunan CIA ini tentu saja turun-tangan, menguber para penculik sampai ke sarang mereka, membabat satu persatu sampai habis, lalu cerita diakhiri dengan happy-ending, anak kembali direbut dan dibawa pulang. 

Skenario film ini sebenarnya biasa-biasa saja, kita tidak perlu 'mengernyitkan dahi' untuk memikirkan jalur cerita, ini sejenis film 'sudah ketahuan akhirnya hanya sesaat kita duduk mulai menonton'. yang terasa mengganjal adalah soal pengambilan latar-belakang dari pihak-pihak yang bertikai. Kelompok penjahat yang melakukan human trafficking digambarkan berasal dari Albania, suatu negara 'terkebelakang' di Eropah Timur. Pertanyaannya adalah :"Mengapa Albania..?". Kejahatan human trafficking tercatat marak di Eropah Timur sejak runtuhnya Uni Sovyet. Negara-negara komunis diwilayah tersebut mengalami krisis ekonomi dan mafia-mafia kriminal mulai bermunculan, termasuk soal human trafficking ini. Sayang sekali tidak ada catatan statistik yang bisa menjelaskan negara mana saja yang dominan memiliki kasus kejahatan ini, namun secara umum laporan yang dimuat dalam Wikipedia - Sex trafficking in Eastern Europe, menyebutkan puluhan kasus yang merata disemua negara blok Timur. Kasus di Albania tidaklah lebih menonjol dibandingkan negara lain seperti Rusia, Bulgaria, Croatia, Bosnia, Kosovo, Rumania, Ukraina, dll. Bahkan Albania tergolong negara dengan kategori tier 2 untuk pengelompokan negara yang pemerintahnya cukup peduli dengan kejahatan ini, faktanya ada beberapa kasus yang berhasil dibawa ke pengadilan dan pelaku human trafficking dijatuhi hukuman. (Wikipedia - Human Trafficking in Albania).