Loading

Jumlah Kunjungan

Artikel Terbaru MMT

Facebook Arda Chandra

Powered by Blogger.
Terdapat satu ‘senjata andalan’ bagi kelompok tasawuf ataupun aliran-aliran Islam yang tertutup tentang silsilah dari ajaran mereka. Pada umumnya semua kelompok tasawuf dan aliran tertutup tersebut menyatakan kalau apa yang mereka praktekkan sebagai tariqah/tarekat/jalan, merupakan ajaran yang diturunkan oleh guru kepada murid dengan sanad yang bersambung sampai kepada Rasulullah. Dengan modal ini, para pengikut kelompok tersebut lalu menyatakan diri sebagai pihak yang murni menjalankan ajaran Islam sesuai apa yang disampaikan Nabi. Namun konsep ini memunculkan sisi negatif karena tidak jarang para pengikut aliran tasawuf dan kelompok Islam tertutup menganggap diri mereka yang paling benar sedangkan pihak diluar kelompok dikatakan telah mengajarkan ajaran Islam yang yang tidak benar, sekurang-kurangnya dikatakan tidak menjalankan ajaran Islam ‘seperti yang saya punya’, sekalipun ditutupi dengan sikap dan gaya yang seolah-olah rendah hati, menyatakan diri tidak ada apa-apanya, masih dalam proses belajar, dll. Sering pula pemahaman ini kemudian menciptakan tingkah-polah sebagai orang sakti, mampu menyembuhkan segala macam penyakit, bisa melihat dunia ghaib, dunia jin, Iblis dan malaikat. Hasil negatif yang lain adalah terciptanya sikap ‘kultus individu’ terhadap tokoh dan pimpinan kelompok. Para pengikut memahami pimpinan (dalam tasawuf biasa dipanggil mursyid, kalau dalam kelompok Islam tertutup disebut Imam) adalah orang yang tidak pernah salah, apapun yang diucapkan dan dilakukannya merupakan hukum karena berasal langsung dari Rasulullah. 

Ada banyak sebutan untuk menyatakan silsilah yang bersambung dari ajaran kelompok ini, organisasi LDII mengenal istilah ‘manqul’ yang diajarkan oleh pendirinya Nur Hasan Ubaidah. Manqul H Nur Hasan Ubaidah adalah proses pemindahan ilmu dari guru ke murid. Ilmu itu harus musnad (mempunyai sandaran) yang disebut sanad, dan sanad itu harus mutashil (bersambung) sampai ke Rasulullah sehingga manqul musnad muttashil (disingkat M.M.M.) diartikan belajar atau mengaji Al Quran dan hadits dari Guru dan gurunya bersambung terus sampai ke Rasulullah. Dalam dunia tasawuf dikenal dengan ‘Rantai Emas’, berupa silsilah yang bersambung antara guru satu dengan guru sebelumnya sampai kepada Rasulullah SAW. Silsilah adalah alat pengukur apakah ilmu yang diajarkan itu sah atau tidak. Kalau ilmu yang diperoleh dari guru yang silsilah keguruannya tidak bersambung kepada Rasulullah SAW maka ilmu tersebut wajib diragukan keasliannya. 

Menjawab tentang klaim silsilah ini, ijinkanlah saya menyampaikan argumentasi logis untuk membantahnya. Tujuannya agar para pengikut tasawuf dan aliran Islam tertutup yang sudah terlanjur tenggelam dan menganggap dirinya sebagai orang yang sedang mengikuti ajaran Islam ‘yang paling benar’, untuk sedikit memakai akal sehat mengkoreksi apa yang sedang dijalaninya. 


 
Pernah terjadi ketika seorang ustadz di Bandung diminta untuk memberikan ceramah dalam suatu reuni para purnawirawan polisi mantan pejabat, ada yang bekas kapolda, kapolres dan ex-pejabat teras di mabes. Seperti kebiasaan pak ustadz, beliau datang lebih dulu lalu duduk dibarisan depan sambil menunggu acara dimulai. Satu persatu peserta reuni datang memasuki ruangan, mengambil tempat duduk dan ketika sudah waktunya pak ustadz mulai berceramah. Sambil tertawa meledek dia berkata :”Beberapa tahun lalu saya yakin bapak dan ibu menghadiri acara-acara dengan gaya yang lain. Sebagai pejabat dan komandan, baru saja sampai diteras gedung, pintu mobil langsung dibukakan orang. Semua membungkuk-bungkuk mempersilahkan dan mengiringi anda memasuki gedung, dan ketika sampai di dalam dipersilahkan menduduki kursi paling depan yang sudah disediakan, anda jadi pusat perhatian dan tidak seorangpun yang berani meremehkan kehadiran anda. Tadi saya perhatikan kondisinya sudah jauh berbeda. Bapak dan ibu datang menyetir sendiri, harus bersusah-payah mencari tempat parkir sendiri, lalu giliran anda yang terbungkuk-bungkuk berjalan memasuki ruangan, sampai didalam harus cari tempat duduk yang masih tersisa, bagi yang sial terpaksa harus duduk dipojok belakang, tidak seorangpun yang peduli”. 

Entah apa reaksi para bekas komandan tersebut, pak ustadz tidak pernah menceritakannya.. 

Satu lagi kisah saya ceritakan, ini terkait juga dengan bekas pejabat yang kebetulan ditunjuk untuk mengelola Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) disuatu kompleks perumahan. Umumnya masjid dimanapun (kecuali mungkin masjid kampus), yang aktif dalam kepengurusan adalah orang-orang pensiunan yang sudah mengundurkan diri dari ‘dunia persilatan’. Pak pejabat rupanya sulit untuk melepaskan diri dari karakternya ketika masih menjabat disuatu instansi, dia menjalankan roda organisasi dengan memperlakukan pengurus lain seperti anak-buahnya dulu. Alhasil para pengurus lain pada kabur dan tidak peduli lagi dengan urusan DKM dan akhirnya tinggal pak pejabat pontang-panting mengurus masjid sendirian. Sebaiknya anda semua saya kasih tahu…, dalam dunia pensiunan tidak ada yang namanya pensiunan direktur, pensiunan komandan atau pensiunan cleaning service, semuanya sama-sama berstatus pensiunan tidak pakai embel-embel, dan semuanya adalah orang-orang telah melepaskan diri dari otoritas yang membelenggu dalam pekerjaan yang mereka jalani sebelumnya. Jadi sangat tidak masuk akal apabila ada orang yang punya pikiran masih bisa membawa kekuasaan dan otoritas yang dulu dimiliki kedalam kelompok orang-orang pensiunan. 

Berapa usia anda sekarang..? kalau anda sebaya dengan saya maka ‘diatas kertas’ anda akan memasuki masa pensiun tidak lama lagi. Mungkin fisik dan pikiran anda masih segar dan prima, namun masa tersebut terpaksa harus anda jalani juga karena sistem dikantor memang mengatur demikian. Dibawah anda sudah berdesakan para generasi penerus yang menunggu giliran untuk menduduki jabatan yang sekarang anda pegang. Anda merasa kuat karena ‘mencantel’ kepada ‘boss besar’ yang ada diatas anda.? Cepat atau lambat si ‘boss besar’ juga akan mendapatkan gilirannya. Allah mempunyai bermacam cara untuk ‘mempensiunkan’ orang karena Dia memang sudah menjanjikan hal tersebut : 

..Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia,(Ali Imran 140)