Loading

Jumlah Kunjungan

Artikel Terbaru MMT

Facebook Arda Chandra

Powered by Blogger.

Saya pernah kedatangan petugas survey dirumah, waktu itu di Bandung sedang panas-panasnya persaingan untuk pilkada walikota. Petugas survey tersebut - seorang mahasiswi salah satu perguruan tinggi - lalu memulai mengajukan pertanyaan berasal dari daftar pertanyaan yang sudah disiapkan. Barangkali apa yang ditanyakan tidaklah aneh, bentuknya semacam pertanyaan untuk menggali informasi sejauh-mana saya memiliki informasi disekitar pilkada, pengetahuan tentang calon, tanggal diadakannya pemilihan , dll. Banyak dari pertanyaan tersebut yang saya tidak tahu, lalu si petugas - mungkin secara tidak sengaja - memasukkan opininya dengan tambahan kata-kata :"Iya khan pak..?", karena saya tidak tahu informasinya maka saya iyakan saja, lalu dia mencatat tanggapan saya tersebut sebagai hasil survey. 

Ketika pilkada dilaksanakan, saya sendiri tidak peduli dengan apa yang sudah disampaikan dulu. Pilihan sudah saya tetapkan beberapa waktu lalu berdasarkan informasi yang berkembang belakangan tentang para calon. Hasilnya memang bertolak-belakang dengan apa yang dirumuskan oleh lembaga survey tersebut. Pasangan yang dikatakan menduduki posisi teratas malah jeblok, serta perkiraan pilkada yang akan dilakukan 2 putaran ternyata meleset. 

Ini juga terjadi terhadap beberapa hasil survey di pilkada lain, katakanlah hampir semua lembaga survey menyatakan Foke-Nara akan dominan dalam pemilihan gubernur Jakarta, ternyata malah disalib sama Jokowi-Ahok, atau juga 'ramalan' tentang hasil pemilihan gubernur Jawa Barat yang mengunggulkan Dede Yusuf -Laksamana, ternyata 'keok' dengan pasangan lain, yaitu Ahmad Heryawan - Deddy Mizwar. 

Lembaga survey umumnya berusaha untuk menjelaskan secara ilmiah tentang keakuratan hasil survey mereka, dikatakan margin of error berkisar 2% -3%, tingkat kepercayaan diatas 90%, responden tersebar merata dan cukup proporsional mewakili total sebaran pemilih. Saya yakin, ukuran-ukuran ini tentunya sudah melewati 'uji shahih' di dunia akademis, sudah memenuhi syarat untuk dikatakan lolos kaedah ilmiah, bahkan para peneliti di lembaga survey ada yang merasa perlu untuk menuntut ilmu sampai ke luar negeri, mendalami bidang ilmu statistik sosial karena ini memang sudah merupakan disiplin ilmu tersendiri. Namun berikut ini saya coba sampaikan beberapa pemikiran dari aspek 'tidak ilmiah'nya.