Loading

Jumlah Kunjungan

Artikel Terbaru MMT

Facebook Arda Chandra

Powered by Blogger.


Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (Al-A'raaf: 172)

Melalui ayat Al-Qur'an ini Allah menjelaskan bahwa manusia diciptakan dengan kodrat sebagai makhluk bertuhan. Naluri atau kodrat ini sudah ditanamkan-Nya sebelum manusia lahir ke dunia, dicantelkan dalam ruh sehingga apapun cara yang dilakukan untuk meniadakan Tuhan tetap saja hal tersebut mustahil untuk dijalankan, seperti mau memisahkan panas dari api, atau basah dari air. Ketika manusia berusaha menghilangkan Tuhan dari dirinya otomatis dia akan memunculkan Tuhan yang baru.

Tuhan bisa didefinisikan sebagai suatu keberadaan diluar diri yang mendominasi kehidupan dan cara berpikir kita. Keberadaan tersebut menjadi acuan kita untuk bertingkah-laku, berinteraksi sosial, menilai peristiwa dan kejadian, benar dan salah, baik dan buruk. Sejarah perkembangan manusia membuktikan sejak jaman dahulu proses peradaban selalu diisi dengan usaha untuk mencari Tuhan. Orang-orang dijaman purba menjadikan benda alam disekitarnya sebagai Tuhan lalu mereka menjalani kehidupan dengan mensingkronkan diri dengan kehendak alam. Lalu muncul agama langit yang meyakini Tuhan memberi petunjuk melalui kitab suci yang diturunkan kepada utusan yang dipilih, mereka lalu menyerahkan diri untuk tunduk dan patuh kepada semua kehendak Tuhan yang tercantum dalam kitab suci tersebut.

Ketika atheisme muncul, ada usaha penyangkalan terhadap keberadaan Tuhan, namun sebenarnya lebih tepat dikatakan penentangan tersebut lebih ditujukan kepada agama dengan segala bentuk aturannya, namun 'kebablasan' mau menghasilkan konsep menyatakan Tuhan tidak ada. Disaat atheis menyangkal keberadaan Tuhan, pada saat yang sama mereka sebenarnya memunculkan Tuhan yang baru, sesuatu yang akhirnya mendominasi kehidupan mereka, menjadi landasan kehidupan, patokan dalam menilai baik dan buruk, benar dan salah, persis sebagaimana fungsi Tuhan dalam kehidupan umat beragama. Tuhan tetap muncul secara kodrati, namanya saja yang berbeda, kali ini nama Tuhan tersebut berjudul 'Tidak ada Tuhan'.

Ini mungkin yang disebut paradoks, sama dengan ketika 'Epimenides si orang Kreta mengatakan bahwa semua orang Kreta adalah pembohong', manusia yang memiliki kodrat sebagai makhluk bertuhan mengatakan 'tidak ada Tuhan', maka pada saat itu dia memunculkan Tuhan yang lain.

"Manusia adalah makhluk bertuhan - Homo bertuhanicus, bagus juga istilahnya..