Loading

Jumlah Kunjungan

Artikel Terbaru MMT

Facebook Arda Chandra

Powered by Blogger.
 
Pernah terjadi ketika seorang ustadz di Bandung diminta untuk memberikan ceramah dalam suatu reuni para purnawirawan polisi mantan pejabat, ada yang bekas kapolda, kapolres dan ex-pejabat teras di mabes. Seperti kebiasaan pak ustadz, beliau datang lebih dulu lalu duduk dibarisan depan sambil menunggu acara dimulai. Satu persatu peserta reuni datang memasuki ruangan, mengambil tempat duduk dan ketika sudah waktunya pak ustadz mulai berceramah. Sambil tertawa meledek dia berkata :”Beberapa tahun lalu saya yakin bapak dan ibu menghadiri acara-acara dengan gaya yang lain. Sebagai pejabat dan komandan, baru saja sampai diteras gedung, pintu mobil langsung dibukakan orang. Semua membungkuk-bungkuk mempersilahkan dan mengiringi anda memasuki gedung, dan ketika sampai di dalam dipersilahkan menduduki kursi paling depan yang sudah disediakan, anda jadi pusat perhatian dan tidak seorangpun yang berani meremehkan kehadiran anda. Tadi saya perhatikan kondisinya sudah jauh berbeda. Bapak dan ibu datang menyetir sendiri, harus bersusah-payah mencari tempat parkir sendiri, lalu giliran anda yang terbungkuk-bungkuk berjalan memasuki ruangan, sampai didalam harus cari tempat duduk yang masih tersisa, bagi yang sial terpaksa harus duduk dipojok belakang, tidak seorangpun yang peduli”. 

Entah apa reaksi para bekas komandan tersebut, pak ustadz tidak pernah menceritakannya.. 

Satu lagi kisah saya ceritakan, ini terkait juga dengan bekas pejabat yang kebetulan ditunjuk untuk mengelola Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) disuatu kompleks perumahan. Umumnya masjid dimanapun (kecuali mungkin masjid kampus), yang aktif dalam kepengurusan adalah orang-orang pensiunan yang sudah mengundurkan diri dari ‘dunia persilatan’. Pak pejabat rupanya sulit untuk melepaskan diri dari karakternya ketika masih menjabat disuatu instansi, dia menjalankan roda organisasi dengan memperlakukan pengurus lain seperti anak-buahnya dulu. Alhasil para pengurus lain pada kabur dan tidak peduli lagi dengan urusan DKM dan akhirnya tinggal pak pejabat pontang-panting mengurus masjid sendirian. Sebaiknya anda semua saya kasih tahu…, dalam dunia pensiunan tidak ada yang namanya pensiunan direktur, pensiunan komandan atau pensiunan cleaning service, semuanya sama-sama berstatus pensiunan tidak pakai embel-embel, dan semuanya adalah orang-orang telah melepaskan diri dari otoritas yang membelenggu dalam pekerjaan yang mereka jalani sebelumnya. Jadi sangat tidak masuk akal apabila ada orang yang punya pikiran masih bisa membawa kekuasaan dan otoritas yang dulu dimiliki kedalam kelompok orang-orang pensiunan. 

Berapa usia anda sekarang..? kalau anda sebaya dengan saya maka ‘diatas kertas’ anda akan memasuki masa pensiun tidak lama lagi. Mungkin fisik dan pikiran anda masih segar dan prima, namun masa tersebut terpaksa harus anda jalani juga karena sistem dikantor memang mengatur demikian. Dibawah anda sudah berdesakan para generasi penerus yang menunggu giliran untuk menduduki jabatan yang sekarang anda pegang. Anda merasa kuat karena ‘mencantel’ kepada ‘boss besar’ yang ada diatas anda.? Cepat atau lambat si ‘boss besar’ juga akan mendapatkan gilirannya. Allah mempunyai bermacam cara untuk ‘mempensiunkan’ orang karena Dia memang sudah menjanjikan hal tersebut : 

..Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia,(Ali Imran 140) 

Ketika seseorang berhasil bertahan dengan kekuasaan dan harta yang dimilikinya, Allah bisa saja mempensiunkannya melalui kesehatan yang dicabut-Nya, anda mampu membangun sistem dan network yang kokoh untuk mempertahankan kedudukan..?, Allah malah akan menggusur anda sekalian dengan sistem dan network anda tersebut. Lalu pada akhirnya tinggal kita sendiri harus menjalani hidup sebagai ‘barang rongsokan’, tidak ada lagi pengormatan, tidak ada lagi keterpesonaan karena semuanya hilang bersama kekuasaan dan harta yang juga telah pergi dari kita. 

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (Ar-Ruum: 54) 

Tidak ada bedanya masa tua dan kepikunan yang dialami orang biasa dengan orang ‘luar-biasa’ seperti boss konglomerat atau bekas komandan pasukan, sama –sama tidak berdaya dan harus dibantu orang lain dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, lupa banyaknya jumlah duit di deposito, berapa jumlah asset dimiliki, bahkan sering lupa dengan anak dan keluarganya sendiri. Itu adalah janji Allah yang pasti terjadi. 

Jadi, kalau anda adalah orang yang selama ini menghabiskan umur untuk berusaha mempesonakan orang lain dengan harta dan jabatan, sudahkah anda siap menghadapi fase kehidupan yang pasti akan anda alami ini..?


0 komentar: