Loading

Jumlah Kunjungan

Artikel Terbaru MMT

Facebook Arda Chandra

Powered by Blogger.

Jurus Dewa Mabuk adalah salah satu teknik yang dikembangkan dalam ilmu bela diri dengan memanfaatkan kelenturan tubuh untuk mengecoh konsentrasi lawan namun serangannya tetap mematikan. Bukan hal ini yang mau dikaitkan namun lebih kepada mabuk yang sebenarnya sebagai upaya untuk lari dari masalah dengan maksud melupakan masalah yang sedang terjadi. Sebagaimana kebiasaan para pemabuk yang umumnya beralasan untuk melupakan masalah yang dihadapinya namun sebanarnya sama sekali tidak menyelesaikan masalah justru menambah masalah baru. Jadi dalam hal ini penggunaan istilah jurus dewa mabuk mungkin kurang tepat apabila dikaitkan dengan praktek ilmu bela diri. Namun penulis sulit mencari gantinya karena jurus untuk menekankan sesuatu yang mewakili tekniknya, padahal yang dibuat mabuk adalah lawan atau pemerhatinya (publik/masyarakat). Namun jika anda mampu mengandalkan perspektif yang berbeda bisa menjadi sejalan/tepat.

Pengalihan Opini?
Sebagaimana kita rasakan dimana banyak sekali pemberitaan-pemberitaan media (kasus-kasus besar) yang begitu menyedot perhatian, namun pada akhirnya tidak pernah menuai kejelasan sehingga dari timbulnya kasus yang diharapkan oleh masyarakat berujung pada penyelesaian, dengan demikian masyarakat akan mendapatkan pembelajaran sekaligus melihat adanya keseriusan dan kemampuan para Elit dalam menangani suatu perkara termasuk yang membelitnya. Namun apa yang terjadi? Jauh dari keinginan publik, malah muncul kasus lain yang tak kalah heboh. Sekalipun melibatkan atau mengkambing hitamkan pihak lain. Namun bukan berarti masyarakat juga begitu bodoh bila melihat struktur kepemimpinan.



Dengan pengalihan isu apakah membuat citra Elit terselamatkan?
Ada suatu kesan yang sangat menonjol dengan adanya upaya pengalihan isu (sebagaimana kesan yang timbul dalam benak masyarakat); dimana suatu kasus belum selesai muncul lagi kasus berikutnya, sehingga yang awampun akan berfikir 'wah ini upaya pengalihan'. Inilah unsur 'MABUK' sebagai upaya untuk lari dari masalah atau dengan tujuan agar masyarakat lupa akan kasus yang sedang terjadi, yang sebenarnya tidak sama sekali menyelesaikan masalah malah menimbulkan kegelisahan yang mendalam, sehingga efek berikutnya jauh lebih besar lagi menempatkan para elit sebagai pihak antagonis yang akhirnya kekuatan asing atau kepentingan asing yang tidak sejalan dengan nilai-nilai perjuangan/reformasi atau pihak asing tersebut justru lebih menginginkan cakar kapitalisnya mencengkeram lebih kuat. Dengan celah ini Kapitalis dengan mudah dapat mengambil peranannya dengan menempatkan boneka-boneka hasil publikasinya sendiri. Inilah yang lebih membahayakan jika kita menginginkan ketahanan Nasional. Bukan isu-isu murahan dengan ide Bhineka Tunggal Ika ataupun Wawasan Nusantara ataupun Nasionalisme yang tidak punya akar yang jelas, yang disadari ataupun tidak adalah upaya nativisme penjajah untuk mengembalikan kita kembali ke zaman jahiliah. Terlebih isu Demokrasi yang prakteknya kebablasan yang sudah jelas-jelas sekedar alat untuk merontokan banyak penguasa di berbagai belahan dunia khususnya Timur Tengah yang setidaknya selama ini menjadi kiblat kemajuan Islam.

Sejauh mana moralitas media atas efek pemberitaannya?
Kuli tinta tentu saja banyak diuntungkan dengan melimpahnya sumber pemberitaan. Mengenai tanggung jawab, coba tengok UNDANG-UNDANG  NO. 40 Th 1999 BAB II ASAS, FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN DAN PERANAN PERS Pasal 4 :
  1. Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara.
  2. Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran.
  3. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi.
  4. Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak.
Baiklah... saya bukan ahli hukum untuk menilai sejauh mana pentingnya pertanggung jawaban sebagai pembatasan atas hak-hak pers. Yang terpenting adalah bagaimana kita menjadi lebih arif dalam mencerna berita dimana tidak bisa dipungkiri dibalik motif ekonomi ataupun kebebasan setiap individu ataupun organisasi pastilah punya tujuan ataupun kepentingan tersendiri yang patut kita monitor kemana arahnya dan apa dampaknya, apabila melihat kepentingan yang lebih besar lagi, misal pertahanan Nasional.

Sebaliknya patut disayangkan juga dengan mengatakan Demokrasi sebagai produk Thoqut tanpa penjelasan yang masuk akal atau lebih menitik beratkan penyelesaian(solusi) ditegah gencarnya arus Demokrasi tentu saja menjadi bahan olok-olokan bahkan menimbulkan friksi tersendiri tanpa solusi. Padahal jika kita melihat permasalahannya secara jernih Demokrasi dalam Islam tidak lebih seperti menabur garam di lautan. Terutama melihat praktek-praktek demokrasi ala Rasulullah SAW.

Siapa sebenarnya bermasalah?
Patut juga dipertanyakan 'siapa yang sebenarnya bermasalah?', masalah boleh saja tampak alami namun bukan berarti bahwa tidak ada unsur kesengajaan terutama bila melihat sistem yang kita anut. Yaitu sistem demokrasi sendiri yang masih terus diperbaiki (mencari model yang pas) yang diadopsi dari produk kapitalisme, banyak sekali meninggalkan celah terjadinya masalah, dimana untuk tampil sebagai pemimpin atau berpolitik melalui mekanisme demokrasi yang rumit yang membutuhkan modal besar dan pada gilirannya akan menuntut pengembalian modal, sekalipun masyarakat dilibatkan untuk memilih. Bahkan seolah untuk kepentingan masyarakat luas (kedaulatan ditangan rakyat).

Dalam wacana ini selayaknya para elit yang besar dan diangkat atas nama demokrasi dituntut untuk lebih bertanggung jawab atas segala persoalan yang membelitnya dan sebaliknya masyarakat juga jeli atas upaya-upaya asing atau kepentingan orang serakah (kapitalis) menyeret kepada masalah yang lebih besar lagi termasuk dalam kebebasan-kebebasan semu yang seolah menguntungkan kita.

Semoga dari uraian ini, tanpa maskud untuk memojokan/menghakimi pihak manapun dapat menjadi bahan pertimbangan atau pembelajaran semua kalangan untuk lebih mengok maslahat yang lebih besar/luas.

0 komentar: