Loading

Jumlah Kunjungan

Artikel Terbaru MMT

Facebook Arda Chandra

Powered by Blogger.

Salah satu ciri utama terhadap sikap berprasangka buruk adalah gampang membuat kesimpulan yang digeneralisir terhadap suatu peristiwa tertentu, tidak mendalami faktor yang melatar-belakanginya dengan lebih lengkap dan tidak beusaha berempati dengan membuat pertanyaan kepada diri sendiri ;"Bagaimana kalau saya berada dalam posisi dia..?".

Belakangan kita bisa melihat contoh prasangka buruk terhadap kaum Muslim yang melakukan protes membela agama mereka yang dianggap sudah dihina oleh orang kafir, lalu mereka menuntut keadilan diberlakukan dari penegak hukum di negeri ini. Reaksi tersebut dilabeli dengan tuduhan umat Islam ternyata suka membenci dan pemarah, atau juga melalui jargon :"Umat Islam itu hanya 2 macam, kalau tidak salah paham, maka pasti pahamnya salah..". Atau juga kalimat :"Memperalat ayat-ayat Al-Qur'an untuk kepentingan politik pribadi..". Tuduhan seperti ini sebenarnya sangat masuk akal kalau dilontarkan oleh orang kafir, namun justru fakta yang saya temukan banyak juga yang berasal dari sesama kaum Muslim sendiri.

Tentu saja ada kalangan umat Islam yang bersikap tidak pantas dalam memperlakukan agama mereka, mempergunakan ayat-ayat kitab suci untuk sarana mencapai tujuan mendapatkan kekuasaan, lalu ketika jabatan sudah diperoleh, mereka malah memperkaya diri dengan cara yang tidak halal, mengabaikan kepentingan umat dan tidak lagi menggubris rambu-rambu agama. Namun berpolitik adalah seni untuk mendapatkan dan mengelola kekuasaan, bertarung satu sama lain dengan melihat dan memanfaatkan kelemahan lawan dan sebaliknya mengkomunikasikan kelebihan diri sendiri. Kadang jalan yang ditempuh harus berliku dan tidak lurus ke sasaran. Maka melakukan generalisasi terhadap suatu tindakan politik jelas suatu kesalahan karena adanya prasangka buruk. Seharusnya kita bisa menilainya secara kasus per kasus.

Memang ada dikalangan umat islam yang marah dan membenci lalu melakukan tindakan ataupun mengeluarkan ucapan yang tidak baik, tapi secara umum mereka hanyalah berusaha untuk menjalankan perintah Allah membela agama yang dinistai, lalu menuntut keadilan karena pada kasus lain, penistaan serupa bisa diproses pengadilan dan pelakunya dihukum. Keresahan umat Islam muncul akibat hukum tidak dijalankan dengan sama, ketika berhadapan dengan pejabat publik yang memiliki kekuatan besar lalu mendadak menjadi tumpul.

Memanfaatkan ajaran agama tidak hanya dilakukan oleh umat Islam yang terjun ke dunia politik saja, juga dilakukan oleh siapapun. Kita menemukan misalnya ada seorang kafir yang wara-wiri masuk pesantren memakai simbol-simbol Muslim untuk memperoleh dukungan umat Islam, atau pernyataan ;"Sekalipun kafir tapi saya lebih Muslim dari orang Islam sendiri..", Ada juga tindakan ikut memberikan hewan qurban dihari raya Idul Adha padahal sudah jelas berqurban hanya bernilai kalau dilakukan oleh orang yang beriman, gembar-gembor membangun masjid, dll.

Kalau anda punya kemampuan untuk 'berjiwa besar' memaklumi segala perbuatan orang kafir sebagai hal yang baik, mampu melihat dari sisi positifnya, lalu mengapa tidak bisa hal tersebut diterapkan juga untuk menilai sesama Muslim, saudara seiman anda sendiri..?Mengapa prasanhka baik tersebut bersifat 'selektif' dan hanya berlaku untuk sebagian tapi tidak untuk yang lain..?

Bukankah ini malah bertentangan dengan teladan yang diperlihatkan oleh nabi Muhammad dan diabadikan dalam Al-Qur'an ini..?

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (QS 48:29)


0 komentar: