Loading

Jumlah Kunjungan

Artikel Terbaru MMT

Facebook Arda Chandra

Powered by Blogger.
 
Pernah dalam suatu kesempatan perjalanan umroh di Madinah, diadakan pengajian terbatas oleh ustadz pembimbing dihotel tempat menginap, mengisi waktu mulai dari ba’da Ashar menunggu datangnya waktu Maghrib. Sang ustadz memulai dengan suatu pertanyaan :”Lihatlah.., katanya, “kita sedang berada di negeri yang kaya raya, penduduknya makmur. Bahkan kota ini sibuk dengan kegiatan perdagangan, toko-toko selalu ramai didatangi pembeli dari seluruh dunia, hotel dan penginapan jarang yang kosong.” Lalu dia melanjutkan :”Apa gerangan yang menyebabkan Allah melimpahkan rahmat dan berkah terhadap penduduk negeri dan kota ini..?”. Ustadz ini jelas sedang mengajukan pertanyaan retorika, karena kemudian dia menjawabnya sendiri :”Terlepas dari segala kekurangan perilaku penduduknya secara personal, disini masjid selalu penuh ketika datang waktunya shalat fardhu, jangankan masjid Nabawi, masjid kecil yang bertebaran disela-sela pertokoan juga sama saja penuhnya dan melimpah sampai kejalanan, jamaah yang berada diluar ruangan sering lebih banyak dibandingkan mereka yang ada didalam ruangan. Penduduk kota ini sudah memiliki sikap yang mendarah-daging, bahwa shalat fardhu memang harus berjamaan di masjid terdekat. Bagi mereka yang kebetulan sedang berdagang menunggu toko akan segera menutup tokonya dengan hanya selembar kain dan bergegas pergi ke masjid, semua kegiatan ditinggalkan untuk memenuhi kewajiban mereka kepada Allah”. 

“Kota Medinah dan Makkah dengan ketat menjaga agar penyakit masyarakat berupa tempat maksiat, judi, dll tidak muncul dan berkembang diwilayah mereka. Semuanya beramar makruf nahi munkar..”. 

Lalu sang ustadz melanjutkan :”Inilah yang menyebabkan Allah memberikan berkah kepada para penduduk negeri..”. 

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al-A'raaf: 96) 

Allah telah menyandingkan 2 hal terkait tindakan yang akan ditetapkan-Nya terhadap penduduk suatu negeri, bahwa kita hanya punya 2 pilihan, apakah mau beriman dan bertaqwa atau sebaliknya ingkar terhadap Allah. Salah satu indikatornya adalah tingkat ketaatan terhadap perintah dan larangan yang bisa dilihat dari perilaku beribadah masyarakatnya. Kita tidak punya ‘pilihan abu-abu’, untuk persoalan ini, misalnya :”Tidak apa-apa tidak beribadah juga, yang penting hidup penuh toleransi, tidak melanggar HAM, tidak mengganggu pihak lain..”. Keimanan dan ketaqwaan yang memenuhi syarat untuk dinilai oleh Allah tergambar dari perilaku keagamaan, menjalankan kewajiban beribadah dan termasuk didalamnya melakukan amal makruf nahi munkar. 

Fakta tentang perbandingan ketenteraman suatu negeri menjadi perdebatan yang tidak pernah selesai, apalagi ketika dikaitkan dengan agama mayoritas atau yang dominan dari negeri tersebut. Umat Islam biasanya selalu mendapat serangan media, terkait kasus penyiksaan dan pemerkosaan tenaga kerja wanita di negara yang disebut dengan ‘negara Islam’ seperti Arab Saudi, dll. Beberapa kasus di blow-up lalu pihak yang berkepentingan untuk memojokkan Islam melancarkan propaganda :”Ini adalah akibat dari ajaran Islam..”. tanpa mengecilkan kasus yang terjadi merupakan suatu tragedi kemanusiaan, namun peristiwa ini bisa terjadi dimana saja, bisa di Arab Saudi, bisa juga di Hongkong atau Singapura. Disamping itu ada juga argumentasi lain dengan menyatakan :”Negara-negara yang bukan mayoritas Islam banyak juga penduduknya hidup damai tenteram, makmur dan kaya raya..”, lalu disampaikan beberapa negara dengan indikator GDP, iklim berinvestasi dan tingkat kemakmuran ekonomi lainnya. Data statistik yang banyak dikeluarkan lembaga peneliti independen justru menunjukkan sebaliknya, indeks yang mengukur kriteria yang bisa dikatakan mewakili rasa keamanan masyarakat, misalnya tingkat kriminalitas, pembunuhan, pemerkosaan dll selalu didominasi oleh negara non-Muslim. Dalam sebuah website : www.nationmaster.com kita bisa menemukan peringkat negara yang memiliki kasus kriminal, perkosaan, perceraian, pembunuhan didominasi oleh negara Barat seperti Amerika Serikat dan negara Eropah. Ada juga pihak yang meragukan data tersebut dengan mengajukan alasan :"Tentu saja kasus-kasus tersebut akan banyak tercatat dinegara Barat dan Eropah karena mereka memiliki pemerintahan yang demokratis dan penduduknya bersikap terbuka, beda dengan negara mayoritas Islam yang sering punya pemerintahan represif dan diktator sehingga korban jarang yang mau bukan mulut". Ini bisa diterima sebagai alasan yang masuk akal, namun untuk menutupi kecurigaan ini, kita bisa melakukan simulasi untuk mengkalikan jumlah kasus di negara yang dianggap mewakili negara Islam tersebut menjadi dua kali lipat atau bahkan 4-5 kali lipatnya, namun tetap saja hasilnya tidak sanggup mengalahkan jumlah kasus kriminal di negara maju. 

Tapi baiklah, kita tinggalkan saja soal data statistik yang terus menjadi perdebatan tersebut. Sebenarnya apa yang disampaikan Allah pada surat al-A’raaf 96 merupakan janji yang sangat masuk akal dan logis. Ketika sebagian besar penduduk suatu wilayah menjalankan ketaatan kepada Allah, mematuhi segala perintah dan menghentikan larangan seperti judi, mabuk, mencuri, menyakiti orang lain, dll, tentu saja otomatis wilayah tersebut akan tenteram dan damai. Lalu mayoritas penduduk tersebut aktif menjalankan ibadah, shalat, puasa, sedekah dan zakat, menjadikan masjid sebagai sentral kegiatan, termasuk untuk ibu-ibu dan anak-anak, maka apa anehnya kalau Allah kemudian mendatangkan ketenteraman dan kedamaian untuk wilayah tersebut..? 

Bagi kita sendiri, sebenarnya tidak perlu juga berpikir sulit-sulit, kita tidak perlu ‘mengarahkan mata’ kepada kasus nasional, prihatin dengan kelakuan tokoh-tokoh politik, pengusaha dan pejabat negara yang sudah jauh dari nilai-nilai Islam, jatuhnya nilai-nilai moralitas di negeri ini, atau juga kekerasan dan kezaliman oleh pihak tertentu yang berkuasa. Pikirkan saja wilayah kecil disekitar kita, bisa sebatas kompleks perumahan dengan satu masjid ditengah-tengahnya, atau bahwa satu RT atau RW. Kita bisa menjadi bagian masyarakat yang aktif untuk memakmurkan masjid, melakukan shalat berjamaah secara rutin, ikut aktif menggerakkan DKM, membuat program pendidikan untuk masyarakat disekitar, menjaga wilayah agar tidak disusupi kegiatan maksiat, judi dan mabuk-mabukan. Jadikanlah masjid lingkungan kita sebagai pusat kegiatan dan berkumpul anak-anak muda dan masyarakatnya. Ketika ‘kesalehan wilayah’ tersebut bisa tercipta, tunggu saja Allah untuk menepati janji-Nya, menjadikan komplek perumahan disekitar kita menjadi wilayah yang damai, tenteram, diberkati dan dilimpahkan rahmat oleh-Nya.


0 komentar: