Loading

Jumlah Kunjungan

Artikel Terbaru MMT

Facebook Arda Chandra

Powered by Blogger.
 
Kalau boleh saya menyebutkan siapa manusia yang paling beruntung di dunia, maka itu adalah Abu Bakar ash-Shiddiq. Bukan karena dia konglomerat kaya, orang saleh, tokoh Islam, khalifah bahkan dinyatakan Rasulullah sebagai salah seorang yang diinformasikan akan masuk surga, tapi keberuntungan Abu Bakar karena sejak kecil dia memiliki seorang teman yang sangat ‘berkualitas’, yaitu Rasulllah. Apakah anda bisa membayangkan memiliki seorang sahabat, yang selalu datang paling duluan ketika anda mendapat kesulitan dan kesusahan, selalu bersikap ramah dan peduli dengan keselamatan anda, memberi nasehat ketika anda salah jalan dengan cara yang santun, tidak menghakimi. Sahabat anda tersebut mungkin suatu waktu bersikap keras dan tegas, namun anda bisa merasakan bahwa apa yang dia lakukan semata-mata untuk kepentingan anda sendiri, tidak ada maksud tersembunyi dalam dirinya yang ujung-ujungnya mau mengambil manfaat bagi keuntungan pribadinya. Ketika sahabat anda tersebut muncul di pintu rumah anda, perasaan anda sangat gembira karena tahu bahwa dia datang bukan membawa suatu kepentingan sendiri, murni sekedar ingin mendengar berita tentang diri anda, kesehatan anda, apakah anda baik-baik saja, cuma itu.. 

Saya yakin, sahabat yang demikian selalu anda harapkan kehadirannya.. 

Adalah hal yang menakjubkan ketika kita membaca hadits yang berisi catatan para sahabat tentang tingkah-laku dan ucapan Rasulullah, ketika sahabat menyampaikan dari mulut ke-mulut apa yang dia dengar dari Rasulullah ketika dirinya ada didekat beliau. Tidak ada satupun kesan antara nabi Muhammad SAW dengan si perawi hadits tersebut memiliki jarak, misalnya antara atasan dengan bawahan, atau boss dengan anak buah. Setiap catatan ucapan Rasulullah selalu terkesan disampaikan dalam kondisi kedekatan beliau dengan sahabat. Tidak ada satupun catatan yang memberitakan dalam persahabatan nabi Muhammmad SAW dengan orang-orang di sekelilingnya ada kelompok ‘inner-cirle’, atau istilah politiknya, ring-1, ring-2, atau ring berapapun. Dalam perjalanan hidupnya Rasulullah berteman sejak kecil dengan Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar ash-Shiddiq, lalu setelah masa kenabian muncul Umar bin Khattab yang menjadi dekat dengan Rasulullah setelah dia masuk Islam. Bahkan banyak para sahabat yang baru menjadi sahabat beliau setelah penaklukan Mekkah, yaitu mereka yang dulunya musuh-musuh Islam. Kalau anda simak bagaimana semua sahabat tersebut menyampaikan omongan Rasulullah dalam hadits, sulit membedakan apakah itu bentuk omongan kepada sahabat sejak kecil atau pertemanan yang baru terjalin pada masa dewasa. 

Untuk kita yang hidup di akhir jaman sekarang ini, Rasulullah juga berusaha untuk menjalin persahabatan, beliau berkata : 

Dari Ibnu Umar RA katanya, Rasulullah SAW ditanya oleh para sahabat RA, "Apakah ada orang yang beriman kepadamu sedangkan mereka tidak pernah melihatmu dan membenarkan ajaranmu sedangkan mereka tidak pernah melihatmu?" Baginda SAW menjawab, "Mereka itu adalah Ikhwanku dan mereka bersama-samaku. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku." (diulang 3 kali). (HR. Muslim) 

"Aku sangat rindu kepada para Ikhwanku." Maka bertanyalah para sahabat, "Ya Rasulullah SAW, bukankah kami ini Ikhwanmu?" Rasulullah SAW menjawab, "Bukan, malah kamu adalah sahabatku. Sedangkan Ikhwanku adalah orang yang beriman denganku walaupun mereka tidak pernah melihatku." (Hadis ini diriwayatkan daripada Abu Hurairah RA dan Anas RA dengan matan yang sedikit berlainan) 

Dengan sangat piawai Rasulullah membuka hubungan dengan kita, menjalin komunikasi yang melintas waktu ribuan tahun, tanpa menyingkirkan rasa kedekatan para sahabat yang hidup dijaman itu. Perkataan Rasulullah ini membuka harapan kita untuk merasa dekat dan membuka peluang untuk bisa menempatkan diri kita sebagai sahabat, tidak ada bedanya dengan Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dll, mengambil posisi berada dalam ‘ring-1’ lingkaran pertemanan yang ada. 

Siapakah manusia yang memiliki kemampuan menjalin persahabatan sehebat itu..?? Makanya saya mengatakan bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq memang orang yang beruntung, namun sebenarnya kita juga bisa mendapatkan keberuntungan tersebut, kalau mau membuka diri menerima uluran persahabatan yang disampaikan Rasulullah. 

Allahumma salli 'ala muhammad……..


0 komentar: