Loading

Jumlah Kunjungan

Artikel Terbaru MMT

Facebook Arda Chandra

Powered by Blogger.

Pengadilan para koruptor di negeri ini memberikan bukti kepada kita bahwa tidak ada persahabatan sejati dalam kemaksiatan dan kemungkaran. Ketika seorang tertuduh kasus korupsi diseret ke pengadilan, dia akan segera mempertahankan diri dengan cara berusaha mengalihkan sasaran tembak kepada orang lain yang terlibat, minimal berupaya untuk tidak dihukum sendirian. Persahabatan yang dijalin dalam kemungkaran memang memiliki bentuk ikatan yang sangat rapuh karena sudah kodratnya, menjadi terkesan akrab dan baik karena sama-sama mendapat keuntungan. Ketika keuntungan sudah tidak lagi ada, maka jalinan kekompakan tersebut juga akan hancur berantakan. Korupsi yang dilakukan berjamaah (dan umumnya memang selalu dilakukan berjamaah) memunculkan ‘rasa persahabatan’ yang erat antara pelaku-pelakunya, ada sikap saling melindungi dan menutup kuat rahasia, karena semuanya mendapat manfaat dan bagian masing-masing. Kalau bisa sikap saling menjaga dilanjutkan sampai akhir hayat. Siapa sih yang mau mengambil resiko membuka rahasia..?? karena pelaku-pelakunya juga sadar akan menyeret semua pihak yang terlibat, termasuk dirinya sendiri. Lalu disaat mereka bernasib sial, perbuatannya terbongkar, mungkin mulai dari satu orang, maka tidak pernah kejadian orang tersebut akan ‘menelan’ sendiri semua penderitaan, sedangkan koleganya yang lain selamat meneruskan hidup menikmati harta hasil korupsi tersebut, kecuali mungkin diantara mereka ada deal yang dirasakan bisa menutupi pengorbanannya sebagai kompensasi, itupun pasti membutuhkan ongkos yang tidak sedikit. Makanya dalam suatu skenario korupsi, setiap oknum didalamnya pasti sudah memasang jerat yang saling mengikat satu-sama lain, sebagai ‘kunci pengaman’ kalau kelak kebusukan tidak bisa lagi ditutupi. Ini adalah suatu tindakan yang masuk akal… 

Anda punya teman akrab dalam bermaksiat..?? Al-Qur’an menginformasikan bahwa pada saat tidak ada lagi kemampuan untuk menutupi dosa, ketika Allah membuka seluruh aib-aib kita secara terang benderang, maka diantara rekan akrab tersebut akan saling salah-menyalahkan : 

Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri".Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. (Ibrahim 21-22) 

Jangan berpikiran jauh-jauh, yang dikatakan orang lemah, orang sombong atau syaitan tersebut adalah sahabat-sahabat yang berada disekitar kita sendiri bahkan termasuk kita didalamnya, yang kompak bersama-sama melakukan kemungkaran dan kemaksiatan, tergantung mana pihak yang paling berinisiatif untuk mengajak kepada perbuatan dosa tersebut. Melihat bukti yang terjadi pada pengadilan kasus korupsi maka ‘skenario’ Al-Qur’an tentang nasib manusia di akhirat tersebut juga suatu informasi yang masuk akal. 

Maka mulai sekarang, pandanglah teman akrab anda yang selama ini telah bersama-sama berbuat dosa, ingatlah bahwa di akhirat kelak dia akan menjadi musuh yang berusaha menjerumuskan anda untuk bersama-sama masuk neraka.


0 komentar: