Loading

Jumlah Kunjungan

Artikel Terbaru MMT

Facebook Arda Chandra

Powered by Blogger.

Pernah dalam suatu kesempatan melaksanakan umroh ke Makkah, saya bertemu dengan satu keluarga Arab Saudi, pasangan suami istri dan tiga anak wanita mereka, berpapasan dalam lift hotel. Berbasa-basi mengajak ngobrol lalu saya tahu kalau mereka penduduk lokal yang mengisi liburan dengan berumroh juga. Ketika mau keluar dari lift si bapak Arab bersikap tidak sopan menurut saya, merentangkan tangan melindungi istri dan anak-anaknya berjalan keluar, membatasi dari posisi saya berdiri, seolah-olah menunjukkan kecurigaan kalau saya bermaksud tidak baik terhadap mereka. Waktu itu otomatis saya jadi tersinggung dan berkata dalam hati :"Dasar onta.., kalian yang terkenal suka memperkosa para TKW sekarang malah berlagak menjadi orang terhormat, ngaca diri donk....".

Secara halus penyakit ashabiyah masuk meracuni hati. Menurut hadits sikap ashabiyah diartikan 'saling tolong menolong karena dasar kekerabatan, kesukuan, kelompok atau identitas lain, sekalipun dalam kedzaliman', secara lebih luas mungkin bisa diartikan sebagai suatu perasaan merasa kelompok atau bangsa sendiri lebih baik dari orang-orang yang berada diluar kelompok'. Inilah sifat yang paling duluan dihabiskan oleh dakwah nabi Muhammad ketika beliau mulai menyebarkan ajaran Islam, menghapus ashabiyah lalu menggantinya dengan sistem kekerabatan berdasarkan keimanan. Kaum Quraisy di Makkah yang sebelumnya menganut paham kesukuan, berperang dan mengadakan perjanjian damai berdasarkan sistem kabilah, semuanya dihapus total dalam ajaran Islam dan ashabiyah menjadi suatu hal yang dikecam oleh Rasulullah. dengan suatu pernyataan yang sering dikutip para penceramah dan khatib shalat Jum'at :

'Innamal mu'minuuna ikhwah' - setiap Muslim itu bersaudara....

Belakangan munculnya istilah-istilah yang mengkotak-kotakkan Islam bisa dicurigai juga sebagai sikap yang sudah diracuni ashabiyah, orang Arab menganggap remeh pemeluk Islam diluar mereka karena banyak melakukan bid'ah, sebaliknya muncul Islam 'kita' yang dicitrakan merupakan Islam yang ramah dan toleran, berbeda dengan pihak sana yang suka berkelahi. Mungkin sikap ashabiyah ini datang secara tidak disadari akibat keprihatinan keadaan umat yang centang-perenang, bertikai satu sama lain tidak ada habis-habisnya, bisa juga muncul 'by design' oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan umat Islam bersatu. Tapi yang jelas di internal umat sendiri bibit-bibit sifat ashabiyah ini memang sudah ada.

Menghabiskan waktu beberapa hari di tanah suci melaksanakan umroh telah membuka mata saya tentang kehidupan keagamaan orang-orang Arab Saudi. Tentu saja saya mendengar kisah terjadinya kekerasan dan pemerkosaan para tenaga kerja Indonesia disana, atau juga perlakuan tidak adil aparat seperti kepolisian terhadap orang-orang non-Arab, namun gambaran yang saya dapatkan secara umum mereka adalah masyarakat yang taat dan shaleh dalam beribadah. Disamping berkembangnya kehidupan modern yang materialis, shalat 5 waktu di masjid tetap dilakukan terutama oleh kaum laki-laki, masjid dimanapun, bukan hanya di Masjidil Haram atau masjid Nabawi saja, selalu penuh. Ditengah maraknya keberadaan toko-toko menjual barang mewah dan bermerk, para penduduknya hidup relatif aman dari perbuatan kriminal, ada pertengkaran dengan suara keras, namun jarang terjadi tawuran massal. Kemaksiatan tentu saja ada, namun jarang kita melihat para pemuda mereka mengumbarnya didepan umum.

Maka langkah yang positif kalau masih juga mau bersikap 'saya lebih baik daripada anda', tidak usah berpedoman kepada keburukan pihak lain karena itu tidak akan menyelamatkan anda. Tunjukan bukti kalau anda memang bisa lebih baik dari mereka, beribadah lebih rajin dan lebih tertib, bermasyarakat lebih santun, tidak merusak.


0 komentar: