Loading

Jumlah Kunjungan

Artikel Terbaru MMT

Facebook Arda Chandra

Powered by Blogger.


Pernahkah anda sekali waktu mencoba melakukan 'diet ketat' terhadap akhlak anda dalam akitifitas sehari-hari, katakanlah hanya untuk 1 hari saja anda 'memaksa' diri untuk 100% menjadi hamba Allah yang taat. Dalam sehari tersebut anda selalu tersenyum ketika menghadapi sikap atau peristiwa yang tidak menyenangkan, menyatakan kepada diri sendiri bahwa itu adalah ujian dari Allah, atau keberuntungan sebagai faktor penghapus dosa, menghindar ketika ada pandangan yang bisa mengundang syahwat baik di televisi maupun di dunia nyata, memakan makanan dengan rasa syukur atas karunia yang diberikan Allah, mengucapkan perkataan yang menyenangkan orang lain, banyak membantu meringankan beban orang disekitar, tidak berlaku curang disaat ada kesempatan, beribadah dengan 'kualitas terbaik' semisal shalat berjamaah ke masjid, sedang melakukan puasa sunnah Senin-Kamis, bahkan juga tidur dengan terlebih dahulu meminta ampunan atas dosa-dosa yang mungkin dilakukan siang harinya. Pokoknya anda merasa ketika sudah mulai terbaring untuk beristirahat, ada keyakinan selama sehari penuh anda telah berusaha keras mendisiplinkan diri untuk menjadi hamba Allah yang saleh, dan sebaliknya percaya bahwa sedikit sekali berbuat sesuatu yang tidak disukai Allah, kalaupun ada maka anda sudah cepat-cepat beristighfar dan mohon ampunan-Nya.

Lalu pada dua pertiga malam anda bangun untuk melakukan shalat tahajud.. 

Barangkali disaat itulah kita bisa merasakan Allah itu sangat dekat, seolah-olah membayangkan Dia 'tersenyum' menerima kita bersujud pada saat orang-orang lain tertidur, berimajinasi tentang Tuhan yang sedang membangga-banggakan hamba-Nya kepada para malaikat, seakan-akan Allah berkata kepada kita : "Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya..." (Al-Fajr 27-28) 

Pada saat lain anda mungkin melakukan hal yang sebaliknya. Seharian berbuat tidak baik, lepas kontrol dalam berucap, mata 'dibiarkan' untuk menikmati pemandangan yang mengundang syahwat, berbohong, memelihara kedengkian dan iri hati kepada orang lain dan tidak berusaha untuk beristighfar, banyak membuang-buang waktu, membelanjakan uang untuk sesuatu yang tidak berguna dan mubazir. Katakanlah anda tetap menjalankan ritual ibadah wajib seperti shalat 5 waktu namun dengan hati yang terpaksa. Lalu dimalam hari anda kelelahan dan tertidur. 

Dan anda bangun pada dua pertiga malam untuk melakukan shalat tahajud... Apakah kita masih 'ge-er' berimajinasi kalau disaat itu Allah masih 'tersenyum'..? apakah ada dalam bayangan anda Dia membangga-banggakan anda dihadapan para malaikat..? membuka 'tangan-Nya' menyambut hamba yang terbaik..? 


Ibadah fisik dalam Islam merupakan aturan yang saling mendukung dengan tingkat keimanan yang ada dalam hati, ibarat dua sisi dari mata uang yang sama. Ilustrasi yang saya berikan diatas memperlihatkan bagaimana hubungan antara kedua sisi yang 'terpisah' itu. Perbuatan baik yang dilakukan dalam hidup sehari-hari mendorong tingkat kekhusu'an shalat kita, sebaliknya perbuatan yang sebaliknya akan menghalangi kita untuk bisa melakukan shalat dengan khusyu', itu sudah menjadi 'hukum alam' yang bisa dijelaskan secara logis. Islam tidak mengenal istilah :"Percuma shalat kalau masih korupsi..", atau sebaliknya :"Yang penting khan berbuat baik, kalau sudah melakukan hal tersebut maka tidak tidak perlu lagi shalat..". Tidak melakukan perbuatan baik dan patuh kepada perintah dan larangan Allah bahkan sebaliknya, maka tidak ada shalat, dalam pengertian shalat yang khusyu' dan bisa diterima, yang ada hanyalah 'aktifitas olah-raga' yang tidak memiliki nilai spiritual. 

Shalat dan cara kita menjalani kehidupan akan berinteraksi timbal-balik, saling mendorong ke arah kebaikan. Menjalankan hidup yang baik akan memunculkan shalat yang khusyu', shalat yang khusyu' akan mempengaruhi untuk menapaki hidup yang baik. Namun ketika kita melakukan hal yang sebaliknya, tingkat kekhusyu'an akan berangsur-angsur berkurang, sekalipun masih melakukan shalat, anda akan merasakan siksaan, tidak ada kenikmatan beribadah, hanya melakukan gerakan-gerakan mekanis tanpa makna, dan sampai pada suatu saat, anda akan meninggalkan shalat. 

Ada salah kaprah sebagian kita untuk membedakan dan memisahkan soal ibadah dalam ajaran Islam. Dikatakan bahwa ibadah itu berkaitan dengan ritual penyembahan kepada Allah yang sudah ditetapkan aturan dan tata-caranya seperti shalat, puasa, haji, zakat, sedangkan perbuatan diluar itu termasuk muamalah, menyangkut hubungan antar sesama manusia. Padahal para ulama menyatakan semua perbuatan yang mengikuti aturan Allah dan menjauhi larangan-Nya adalah ibadah, mereka hanya membedakan antara ibadah mahdah (memiliki tata-cara yang ditentukan) dengan ibadah ghairu mahdah (tidak memiliki tata-cara ritualnya). Jadi ketika anda tersenyum kepada orang lain, itu adalah ibadah, bekerja dengan baik di kantor juga merupakan ibadah, bahkan melakukan hubungan suami-istri, makan dan minum, tidur dan beristirahat, itu termasuk ibadah. Semuanya merupakan aktifitas yang diganjar pahala oleh Allah, tidak ada beda nilainya. 

Jadi kalau anda pernah bertanya :"bagaimana supaya shalat saya ini bisa khusyu'...??", jawabannya sangat mudah : bersihkan hati dan berbuat baiklah seharian.., dan rasakan bedanya.. 

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al 'Ankabuut: 45)


1 komentar:

laskar pembela said...

Alhamdulillah
Sangat bagus untuk menambah ilmu pngetahuan tentang islam
Semoga dapat menerapkan nya dalam kehidupan sehari-hari