Loading

Jumlah Kunjungan

Artikel Terbaru MMT

Facebook Arda Chandra

Powered by Blogger.
Pada kajian sebelumnya tentang Tsunami pemikiran dan timbulnya perpecahan digambarkan secara singkat akan hantaman fitnah dan efek yang ditimbulkan. Pemicu awal munculnya tsunami adalah peristiwa 911/WTC tahun 2001 sebagai peristiwa yang menyedot perhatian dunia, dimana pada masa-masa itu berat sekali sebagai muslim yang dihadapkan pada pemberitaan yang masiv namun disisi lain tidak punya kapasitas untuk mengcounter balik.

Di tengah ketidakberdayaan mencounter kita bertanya setengah menyangkal, "Pada ayat/sisi mana Islam mengajarkan kekerasan/terorisme?", "Bagaimana mungkin teroris yang digambarkan begitu brutal timbul dari ajaran Islam?", dan tentu banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang mana memang kita sebagai muslim tidak merasa dididik untuk menjadi sebagaimana digambarkan, namun dengan masivnya berita seakan kita dikepung oleh bukti yang susah ditampik. Sekalipun tidak turut terlibat aksi teroris namun sebagai muslim ibarat satu tubuh tentu sangat terpukul, terlebih langsung pada simbol/sasaran yang telak. Ibarat ditengah persidangan kita dihadapkan pada bukti yang kuat.

Mundur sedikit - tidak cukup sampai disitu saja (peristiwa WTC) di dalam negeri sendiri sebelumnya kita sudah didera tragedi besar yang dikenal dengan 'reformasi' yang ditandai kerusuhan Mei 1998 dimana genderang demokrasi sudah lebih dulu hadir begitupun di belahan dunia lain khususnya melanda dunia Arab yang selama ini menjadi kiblat/simbol peradaban Islam tengah mengalami gejolak. Untuk lebih mudah menandai peristiwa 1998 ini kita sebut saja sebagai gempa pra tsunami.

Peristiwa Mei 1998 tak kalah mencekam walaupun akhirnya disambut eforia seolah kemenangan rakyat terhadap penguasa tirani, lazimnya tsunami diawali gempa ditengah laut, kemudian disusul air laut yang tiba-tiba surut dan nampak ikan terkapar di bibir pantai, kemudian disambut gegap gempita untuk memanen sementara gelombang pasang siap menghantam tanpa disadari.

Eforia dibibir pantai adalah kelengahan seolah kita menikmati kemenangan setelah perjuangan melelahkan dimana sebelumnya hari-hari diwarnai demo dan letupan-letupan peristiwa berdarah, setelah berlalu dan bersiap menata kembali mewujudkan cita-cita reformasi -- justru gelombang arus pemikiran menghantam dan memaksa kebijakan reformasi pada posisi seperti sekarang ini. Bukan perubahan yang lebih baik namun semakin tak terarah.



Guncangan dan paksaan untuk menentukan suatu kebijakan dikenal dalam dunia militer dengan strategi Shock and Awe. Adalah (teknis dikenal sebagai dominasi cepat ) didasarkan pada penggunaan kekuatan luar biasa, kesadaran medan dominan, manuver dominan, dan menampilkan kekuatan spektakuler untuk melumpuhkan PERSEPSI MUSUH di medan perang dan menghancurkan kehendak untuk melawan. Doktrin ini ditulis oleh Harlan K. Ullman dan James P. Wade pada tahun 1996 dan merupakan produk dari Universitas Pertahanan Nasional Amerika Serikat.

Rapid dominance is defined by its authors, Harlan K. Ullman and James P. Wade, as attempting
"to affect the will, perception, and understanding of the adversary to fight or respond to our strategic policy ends through imposing a regime of Shock and Awe."
Further, rapid dominance will
"impose this overwhelming level of Shock and Awe against an adversary on an immediate or sufficiently timely basis to paralyze its will to carry on . . . [to] seize control of the environment and paralyze or so overload an adversary's perceptions and understanding of events that the enemy would be incapable of resistance at the tactical and strategic levels."

Shock and Awe atau Kejutkan dan Takutkan adalah sebuah doktrin dalam ilmu kemiliteran yang secara teknis dikenal sebagai dominasi cepat berdasarkan penggunaan kekuatan militer dalam melakukan penyerangan secara besar-besaran, dominasi ini dilakukan termasuk dalam kawasan alam kesadaran musuh, manuver dominasi untuk menimbulkan sebuah persepsi, membuat keadaan yang memaksa untuk melumpuhkan musuh di medan peperangan, serta menghancurkan musuh yang kemungkinan akan melawan. Doktrin ini dipopularkan oleh K. Harlan Ullman dan James Wade P. keduanya merupakan pengajar dan peneliti dari National Defense University di Amerika Serikat pada tahun 1996.

Ullman dan Wade menyatakan bahwa aplikasi militer terdiri dalam beberapa konsep kejutan dan kekaguman dengan contoh sebagai berikut [1]:
  • Kekuatan besar: "penggunaan aplikasi melalui serangan besar atau kekuatan militer yang besar" menjadikan musuh marah, tdk mampu, atau frustrasi, dengan keutamaan korban penyerang menjadi sedikit mungkin
  • Bom Hiroshima dan Nagasaki: Pembentukan terkejutan dan ketakutan secara "instan" yang hampir dapat dipastikan agar dimengerti serta diketahui yang dapat memengaruhi masyarakat besar, yang kemudian diharapkan dapat memberikan tekanan secara politis kepada para pemimpin dan publiknya.
  • Pemboman dilakukan secara besar-besaran: digambarkan sebagai "sasaran yang tepat merusak daya perlawanan musuh secara besar ditujukan terhadap sasaran militer dan sektor terkait dari waktu ke waktu."
  • Kecepatan dan ketepatan dalam operasi: bermaksud adalah untuk pemenerapkan yang tepat dan akurat, melumpuhan kekuatan musuh secara maksimal akan tetapi masih dalam perhitungan total dalam skala ekonomis.
  • Teori Sun Tzu : selektif dalam melakukan pembunuhan kepada para pemimpin militer musuh atau para tokoh masyarakat untuk mencapai target terkejut dan metakutkan.
  • Contoh dalam perang Haiti: kejutan akan kekaguman, yang menunjukkan kekaguman melalui kekerasan dan kekuatan, kecurangan, kesalahan informasi, penyebarkan informsi yang salah, propaganda
  • 'Taktik perang tentara Roman: Pencapaian kejutan dan kekaguman terletak pada kemampuan untuk menghalangi dan mengalahkan musuh yang melalui persepsi dan takut kepada kerentanan terkalahkan dan diri-sendiri.
  • Standar pembusukan di dalam: melakukan rekayasa pembebanan melalui masyarakat agar melakukan pemogokan, kerusuhan dalam kurun waktu yang panjang dan lama merupakan aplikasi penciptaan kerusakan yang besar bagi musuh.
  • Penggunaan aplikasi: aplikasi kekerasan secara selektif bertujuan melakukan menekankan atas kemampuan terbandingkan dengan kekuatan-kekuatan di tempat untuk pencapaian tujuan-tujuan militer.

Shock and Awe bukan semata mengandalkan kekuatan militer namun lebih dulu diawali dengan pelemahan pemikiran/persepsi lawan yang pada prinsipnya sama yaitu kekuatan untuk mempengaruhi dan melumpuhkan lawan yang dikembangkan dan diterapkan sesuai kondisi.
Perlu dicatat juga sebelumnya isu HAM yang lebih dulu ditiupkan guna membelenggu sekaligus mengancam dominasi rezim penguasa yang berbasis militer.

Shock & Awe (English - Bahasa)

0 komentar: