Loading

Jumlah Kunjungan

Artikel Terbaru MMT

Facebook Arda Chandra

Powered by Blogger.

Beberapa hari menjelang Lebaran biasanya orang sudah mulai sibuk berbelanja terutama pakaian. Hal ini sudah merupakan bagian dari budaya. Tidak ada yang salah dari semua itu, justru menambah dinamika selagi tidak berlebihan. 

Menarik untuk dicermati, sebagaimana banyak pemberitaan di berbagai media seperti televisi ketika meliput pusat perbelanjaan, dengan mudah akan menjumpai fenomena menarik yaitu busana dengan nama sejumlah artis yang tampil dalam sinetron Religi selama Ramadhan ataupun penampilan pada acara-acara lain, tidak terkecuali gosip. 

Apa yang dikenakan si Artis sepertinya menjadi acuan desainer atau pedagang untuk menarik pembeli atau mengenalkan tren terbaru. Kitapun tahu di akhir tayangan produk mode yang menjadi sponsornya. Yang sepertinya sudah melihat prilaku masyarakat/konsumen yang lebih menempatkan TONTONAN menjadi TUNTUNAN (panutan). Lantas sayapun berfikir "SINETRON atau FASHION SHOW?". Memang sinetron bukanlah satu-satunya hiburan yang kemudian menjadi role model pemirsanya, tapi cukup menjadi wakil karena intesitasnya yang tinggi, hingga pemirsa seringkali menjadi kecanduan. 

Seakan sudah menjadi tradisi begitu memasuki bulan Ramadhan maka banyak sekali tanyangan2 berbau Religi, namun sayangnya acara seringkali tidak menekankan pesan Islami bahkan seolah hanya ganti casing dimana muatannya tidak jauh beda dengan tayangan pada hari-hari lainnya. 

Bila mencermati tren sekarang, Fashion show bukan sekedar peragawati yang berlenggak-lenggok mengenakan desain pakaian terbaru di catwalk, namun banyak sekali Fashion show yang dikemas rapih dalam berbagai bentuk hiburan. Tak ubahnya seperti film James Bond dengan segala aksesoris yang dikenakannya laku bak kacang goreng. 

Begitupun dengan tren beriklan belakangan ini yang tidak lagi terikat dengan gaya lama apalagi etika beriklan. Ketika kita sedang asyik menonton suatu acara tiba-tiba di tengah acara ada iklan produk yang kebetulan sama pembahasannya atau sudah didesain di belakang panggung, atau kadang tidak nyambung sama sekali tapi kita tahu bahwa itu pesan sponsor.. Tidak hanya di televisi di Surat kabar, majalah juga begitu. Sehingga kita lantas bertanya mengenai independensi seluruh tayangan yang disajikan bila muatannya mengatas namakan sejumlah temuan ilmiah atau berbau pengetahuan. 

Sekali lagi tulisan ini bukan sedang mengkritik apalagi mencemooh, namun pesan yang terpenting adalah sebagai konsumen jangan mudah disetir media, dengan terlebih memahami mana iklan dan mana pengetahuan, karena Iklan sekarang dengan entengnya mengatakan "menurut survey", "menurut pakar", dsb. Tetaplah pada kontrol untuk memahami sejauh mana kebutuhan, jangan tertipu oleh klaim2 sepihak, terutama mengenai produk. Sedangkan mengenai Fashion sebagai seorang Muslim selayaknya tidak lepas dari kaidah berpaikan yang memenuhi standar syar'i. 

Apakah pantas tubuh terbalur busana panjang namun menonjolkan bagian tertentu atau justru terinspirasi oleh artis yg sering menonjolkan kemolekan tubuhnya. 

Naudzubillah. Jangan mau jadi korban Mode.


0 komentar: