Loading

Jumlah Kunjungan

Artikel Terbaru MMT

Facebook Arda Chandra

Powered by Blogger.
 
Suatu ketika, kejadiannya beberapa tahun lalu ketika saya masih tinggal di Cinere. Ibu tetangga saya bercerita bahwa kemaren sore mobilnya dibaret oleh supir angkot di pasar Pondok Labu. Kalau anda pernah melewati pasar tersebut, anda pasti akan mengalami kemacetan karena ruas jalan yang menyempit akibat banyaknya pedagang dan orang yang berbelanja. Si ibu tersebut kebetulan lewat disana dan didepan ada angkot yang ngetem dijalanan sehingga mobil-mobil yang ada dibelakang tidak bisa jalan, lalu dia membunyikan klakson, disitulah terjadi malapetakanya. Si sopir angkot yang jelas-jelas salah dan telah berlaku dzalim tersebut keluar dari kendaraannya lalu membawa sepotong paku mendatangi mobil si ibu yang kebetulan menyetir sendirian. Dengan ganas si sopir angkot membaret mobil dan berteriak marah :”Situ orang kaya, enak-enak dalam mobil ber A/C. Jangan coba-coba mengusik rakyat seperti saya yaa..!!”. malang nasib tetangga saya tersebut, tidak berani melawan dan hanya diam ketakutan, berhadapan dengan ‘rakyat’ yang lagi marah. 

Disuatu kejadian lain diwilayah BSD – Bumi Serpong Damai. Seorang yang hendak pindah kerumahnya yang baru, disebuah kompleks perumahan yang kebetulan bertetangga dengan wilayah penduduk asli. Sebagai orang baru maka calon penghuni rumah ini berinisiatif untuk melakukan silaturahmi dengan para tetangga, ngajak berbincang-bincang, tidak lupa shalat bersama di musholla penduduk. Ketika tiba saatnya dia pindah rumah lalu datang dengan membawa barang-barang perabot, anak-anak muda tetangganya tersebut mengerumuni dengan muka tidak ramah, mereka bilang :”Kami yang berhak untuk menurunkan barang-barang dari truk, bapak harus peduli kepada penduduk setempat untuk memberikan mereka pekerjaan..”, padahal calon penghuni tersebut sudah membawa kuli sendiri. Kalau dia menolak dan memaksa untuk memakai kuli yang sudah dibawa, bakalan ada keributan, bisa terjadi perkelahian karena pemuda setempat merasa jatahnya direbut orang lain, bahkan kehidupan si penghuni rumah bisa tidak aman, karena bisa sewaktu-waktu dilempari batu. Akhirnya ditemukan jalan keluar, duit upah tetap diberikan kepada para pemuda setempat, namun pekerjaan tetap dilakukan oleh kuli yang sudah dibawa karena orang tersebut khawatir barangnya akan rusak kalau diurus oleh para pemuda setempat. Orang ini terpaksa mengeluarkan biaya ekstra untuk ‘uang preman’. Rupanya buat para pemuda kampung tersebut ada prinsip ‘apapun kudu jadi duit, tidak peduli memeras tetangganya sendiri’. 

Satu lagi kejadian ketika banjir datang di Jakarta, sengaja saya sampaikan contoh yang komplit biar pada terbuka mata semuanya. Seorang ibu yang tinggal dibantaran kali ditanya oleh salah seorang reporter televisi tentang sampah yang menggunung di sungai. Reporter tersebut bertanya :”Mengapa penduduk masih saja membuang sampah dikali..?”. Dengan enaknya si ibu menjawab :”Memang tempatnya disana koq…”. Lalu si reporter bertanya lagi :”Khan bisa menyebabkan banjir..”. Si ibu menjawab tidak mau kalah :”Urusan banjir itu kerjaannya Gubernur, buat apa jadi Gubernur kalau tidak bisa ngurusin banjir..??”. 

Kita akan mengatakan semua contoh tersebut sebagai ‘kedzaliman oleh rakyat’. Kedzaliman tidak hanya datang dari pihak yang berkuasa dan para pejabat saja. Kedzaliman bisa datang dari rakyat biasa, sopir angkot yang ngetem sembarangan, tukang becak yang tidak peduli dengan orang lain, pemungut sampah yang suka mengambil sampah berikut dengan tempat-tempatnya, pelayan toko yang tidak menggubris pembeli, office-boy yang tidak bekerja sesuai fungsinya. Apa yang terjadi dengan para pejabat di negeri ini, ketika mereka dengan enaknya melakukan penyelewengan dan korupsi, juga terjadi pada masyarakat kebanyakan, dengan kapastiasnya masing-masing untuk menyengsarakan orang lain. 

Semua bersumber kepada moralitas yang tipis, tidak ada lagi rasa malu, merasa bebas bertindak sampai menyusahkan orang. Sebagaimana para koruptor dan anak istrinya yang tenang-tenang saja sekalipun keluar masuk pintu gedung KPK karena ketahuan korupsi, sebagian masyarakat bawah yang melakukan kedzalimanpun punya gaya yang sama. Mungkin ini disebabkan oleh sebagian manusia memang sudah tidak dekat lagi dengan nilai-nilai yang diajarkan agama mereka. Padahal kalau mereka tahu apa yang disampaikan Rasulullah, tentu semuanya akan berpikir panjang untuk melakukan kezaliman terhadap orang lain : 

“Tidak masuk surga seseorang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (Hadits Muslim)


0 komentar: