Loading

Jumlah Kunjungan

Artikel Terbaru MMT

Facebook Arda Chandra

Powered by Blogger.

Supaya jangan sampai salah paham perlu saya beritahukan sebelumnya, bahwa informasi tentang hal ini bukan berdasarkan pengalaman pribadi karena saya belum pernah beranjangsana ke alam kematian, juga bukan berdasarkan cerita dari teman yang pernah travelling kesono. Setahu saya belum pernah ada seorangpun yang pernah jalan-jalan ke alam barzakh, lalu kembali lagi menceritakan pengalamannya. Semua informasi berdasarkan apa yang diberitahukan Allah dan Rasul-Nya lewat Al-Qur’an dan Hadits. 

Titik awal manusia bersinggungan dengan alam kematian diistilahkan oleh ajaran Islam sebagai ‘sakharatul maut’, suatu kondisi dikatakan hidup, tapi sudah tidak hidup lagi karena jasad sudah tidak berfungsi, dibilang mati juga belum karena belum dimasukkan ke alam barzakh, tempat roh, atau jiwa, atau apapun istilahnya, menunggu sampai nanti dibangkitkan di akherat. Makanya dalam kondisi ini, sekalipun dikatakan belum masuk ke alam barzakh, namun segala perhitungannya sebagai manusia sudah tidak berlaku lagi, taubat sudah tidak diterima karena pintu kehidupan sudah ditutup. 

Al-Qur’an menyatakan disaat itulah Allah membukakan tabir alam ghaib, orang-orang bertaqwa mampu melihat ribuan malaikat turun mendekati, mengelilingi, dan berucap :”Jangan takut, jangan sedih dan khawatir, bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah, didalamnya kamu akan mendapatkan segala apa yang kamu inginkan”, lalu para malaikat tersebut menyampaikan tugasnya :”Kami menjadi pelindungmu..”. Ternyata dalam keadaan sakharatul maut, seorang yang bertaqwa sudah diberitahukan tentang nasibnya kelak di akherat, bahwa dia akan dimasukkan kedalam surga. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan kita kalau diberitahukan :”Nanti kamu akan dapat hadiah..”, sekalipun hadiah belum ditangan namun perasaan senang dan bahagia pasti sudah muncul. 

Perlu diketahui juga, bahwa pada dasarnya segala kesenangan, kenikmatan, kebahagiaan, semuanya dirasakan oleh ruh/jiwa kita, bukan fisik. Jasad kita hanya berperan sebagai media untuk mengantarkan rasa. Ketika kita makan, maka kelezatan makanan tersebut diolah oleh lidah dan mulut kita, lalu disampaikan dalam bentuk sinyal-sinyal listrik ke otak, lalu otak mengolah data tersebut dan menyampaikannya kepada ruh/jiwa kita, disitu baru kita bisa menikmati kelezatan makanan tersebut. 

Apalagi pada saat sakharatul maut, disaat jasad sudah tidak lagi berfungsi, maka kebahagiaan dan kenikmatan tersebut langsung dirasakan oleh ruh kita. Tidak peduli anda sebagai seorang yang bertaqwa mati dengan cara apapun, bisa lagi terbaring ditempat tidur, atau sedang shalat di masjid, mati kelelep, tertabrak mobil, atau tubuh hancur kena bom dalam peperangan. Jangan pula anda berkata :”Itu tuh si kafir matinya juga enak, terbaring sambil senyum di peti mati, pakai jas dan dasi kupu-kupu..”, bukan itu ukuran kenikmatannya. 

Setelah melewati kondisi sakharatul maut, si ruh/jiwa orang yang bertaqwa tersebut dibawa malaikat pencabut nyawa ke alam barzakh, suatu dimensi alam yang diciptakan Allah sebagai tempat ruh menunggu hari berbangkit. Perjalanan tersebut akan melalui beberapa dimensi alam untuk bisa sampai ke alam barzakh, dan pada setiap pergantian dimensinya terdapat para malaikat yang menjaga - sekali lagi, ini bukan karangan saya, tapi informasi dari hadits Rasulullah - Saat melintas batas dimensi dan melewati para malaikat yang menjaga disana, tercium oleh mereka bau harum semerbak, malaikat-malaikat tersebut heran dan kemudian bertanya kepada malaikat maut yang mendamping ruh/jiwa orang yang bertaqwa tersebut :”Siapakah gerangan orang yang kamu bawa ini, baunya harum sekali…”. Malaikat maut lalu menjawab :”Ini adalah ruh si Fulan.., seorang yang bertaqwa kepada Allah selama hidupnya..”. Para malaikat kemudian berdo’a :”Yaa Allah, terimalah orang ini disisi-Mu, tempatkanlah dia ditempat yang terbaik di surga..”. Perlu anda ketahui bahwa batas dimensi yang dilewati bukan hanya satu, namun ada tujuh lapis (dalam bahasa Al-Qur’an angka tujuh ini bisa diartikan banyak) dan pada setiap lapisan dimensi tersebut para malaikat mendo’akan ruh/jiwa tersebut. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan si ruh/jiwa tersebut mendapat perlakuan seperti itu dari para malaikat. 

Ketika sampai ke alam barzakh, datang 2 orang malaikat untuk ‘mengkonfirmasikan’ keimanan kita, mereka bertanya siapa yang kita pertuhankan selama di dunia, siapa nabi panutan kita selama hidup, apa kitab yang kita pakai sebagai pedoman. Setelah menjawab sesuai apa yang kita jalankan selama ini, lalu malaikat tersebut pergi dan datanglah seorang malaikat lain dengan wajah bercahaya, dia berkata :”Saya ditugaskan untuk menemanimu selama menunggu di alam barzakh, berbahagialah karena kamu adalah orang yang telah ditetapkan sebagai penghuni surga..”. Lalu setelah itu Allah membukakan tabir ghaib untuk mempertontonkan surga yang kelak akan dihuni oleh orang tersebut, segala kenikmatan dan kesenangannya terpampang jelas. Karena yang diperlihatkan adalah segala sesuatu yang menyenangkan, maka waktu tidak terasa berlalu bagi ruh tersebut, ibarat kita menonton film atau pertandingan sepakbola yang seru, tidak terasa waktu berlalu, tahunya sudah selesai saja. Demikian kira-kira yang akan dialami oleh ruh orang yang bertaqwa dialam penantiannya. 

Apakah anda tidak menginginkan pengalaman seperti itu…?? 

Ada juga orang yang sinis dan bertanya :"Tau darimana sampeyan bakalan menjalani proses seperti itu, bagaimana kalau ternyata informasi tersebut tidak benar..??". Tentu saja kebenaran informasi tersebut baru bisa dibuktikan kalau kita sudah menjalaninya, baik anda yang percaya maupun orang yang tidak percaya sama-sama tidak bisa membuktikan. Sikap yang paling logis terhadap hal ini adalah mempercayainya saja, kalau toh ternyata nanti apa yang diinformasikan tersebut ternyata tidak benar, tidak ada ruginya khan. Ibarat anda mau berangkat ke masjid, dalam kondisi tidak ada kepastian apakah mau hujan atau tidak, bukti hanya bisa diketahui kalau hujan sudah terjadi. Maka sikap yang paling masuk akal adalah tetap membawa payung. Kalaupun nanti diperjalanan memang tidak terjadi hujan, tidak rugi toh sudah membawa payung. Coba kalau ternyata memang hujan dan anda telah memutuskan tidak membawa payung, apa nggak repot...


0 komentar: